Saturday, February 13, 2010

Pramoedya Ananta Toer - Nyanyi Sunyi Seorang Bisu



NYANYI SUNYI SEORANG BISU adalah satu-satunya karya non-fiksi Pramoedya semasa tahanan di Buru, bukan novel. Buku ini merupakan kumpulan catatan berisi surat-surat pribadi kepada anak-anaknya yang tak pernah terkirim, juga esai-esai, terutama sangat mencengkam adalah renungannya yang tajam merekam apa yang dialami sebagai pribadi, sebagai suami dan ayah, sebagai pengarang dan sebagai tahanan politik rejim militerisme yang merampas segala dari= nya: hasil cipta jiwa dan pemikirannya berikut harta bendanya - naskah, buku, dokumentasi, rumah, sampai kepada hak kebebasan kewarganegaraannya dan sebagai manusia. Dengan ringkas: rejim golkarnya Suharto merenggut umur Pramoedya yang dengan sendirinya juga merampas kebahagiaan keluarga, istri dan anak-anaknya. Penguasa fasis orba berusaha keras memendam nilai-nilai produk kreativitas manusia paling berharga yang sebenarnya menjadi milik Indonesia dan masyarakat dunia.

Keunikannya : catatan yang merupakan dokumentasi sosial bangsa ini bukan terbit dalam bahasa tanah kelahirannya, melainkan untuk pertama kali justru terbit di negeri orang lain - di negeri Belanda sebagai Lied van een Stomme, dua jilid, 1988-1989. Pertimbangannya? Buku ini terlalu besar risiko politiknya untuk diterbitkan di Indonesia di tengah kekuasaan fasisme golkar yang mampu melakukan segalanya yang paling kotor.Tetapi keberaman dan tekad yang mantap untuk merebut kebebasan yang menjadi haknya, membuat Pramoedya mengambil keputusan untuk toh menerbitkan catatannya ini pada saat Suharto sedang sekuasa-kuasanya.

Pramoedya Ananta Toer - Arok Dedes

Arok Dedes menceritakan sejarah perlawanan dan pemberontakan Ken Arok terhadap pemerintahan akuwu Tumampel, Tunggul Ametung. Dalam buku ini, Pram secara jelas mengungkap kondisi sosial politik pada masa itu. Novel ini mencoba memberikan suatu perspektif baru terhadap sejarah dengan menggambarkan Ken Arok bukan hanya seorang berandalan pemberontak ,seperti yang banyak dikatakan buku pelajaran sejarah, tetapi disini diceritakan bahwa Ken Arok adalah seorang pemimpin rakyat yang tidak puas dengan pemerintahan yang menindas. Novel ini juga menggambarkan kondisi pemberontakan yang terjadi di dalam suatu negara atau kerajaan yang sarat dengan intrik politik.