In the line of fire by Pervez Musharraf
Kepada ABC, salah satu televisi AS, Presiden Pakistan Pervez Musharraf menuturkan sebuah informasi yang selama ini tidak pernah diketahi umum. Yakni pemaksaan dari AS agar Pakistan menentukan sikap untuk bergabung atau menentang upaya AS dalam melawan terorisme. Penuturannya itu juga tertuang dalam buku memoar Musharraf berjudul “In The Line of Fire”.
Setelah serangan 11 September 2001, Musharraf menemukan dirinya dalam keadaan terjebak, sebuah keadaan yang sebelumnya sama sekali tidak pernah dia sangka. Hal itu juga sekaligus mengubah arah politik global Pakistan .
Serangan 11 September di tanah AS dilakukan kelompok Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden, yang bermarkas di Afghanistan. “AS sudah dipastikan bereaksi keras, seperti beruang terluka. Jika pelaku serangan adalah Al Qaeda, maka beruang terluka itu akan mengarah kepada kami,” kata Musharraf mengenang periode 2001 itu, usai serangan 11 September.
Pada 12 September, kata Musharraf, mantan Menlu AS Colin Powell menelepon Musharraf dan berkata, “Anda harus memilih, bersama kami atau melawan kami.” Demikian antara lain tertulis di buku Musharraf itu. “Dalam bahasa yang tidak diplomatis yang tidak pernah saya alami, Wakil Menlu AS Richard Armitage menambah tekanan yang sudah dilakukan Colin Powell. Kepada saya dan Direktur intelijen Pakistan, Armitage mengatakan, … jika kami memiliki teroris, maka kami harus bersiap menjadi kembali seperti era di zaman batu.”
Tapi Armitage membantah telah memberikan ancaman seperti itu. “Saya merasa frustrasi dengan tekanan Armitage. Saya dibuat tidak berkutik dan serasa tak bisa mengatakan apapun,” kata Musharraf.
Presiden Pakistan itu mengatakan bahwa pilihannya hanya satu. “Pertanyaannya adalah, jika kami tidak bergabung dengan mereka , bisakah kami menghadapi serangan? Jawabannya adalah tidak… Kekuatan militer kami pasti hancur.” “Kami tidak bisa menghadapi konfrontasi dengan AS dari sudut pandang manapun,” lanjut Musharraf. Akhirnya, Pakistan memang memilih bergabung dengan AS.
Saat mengadakan jumpa pers bersama Musharraf di Washington, 20 September lalu, Presiden AS George W. Bush hanya mengatakan, “Beli saja buku itu. Itulah tujuan Musharraf.”
Setelah serangan 11 September 2001, Musharraf menemukan dirinya dalam keadaan terjebak, sebuah keadaan yang sebelumnya sama sekali tidak pernah dia sangka. Hal itu juga sekaligus mengubah arah politik global Pakistan .
Serangan 11 September di tanah AS dilakukan kelompok Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden, yang bermarkas di Afghanistan. “AS sudah dipastikan bereaksi keras, seperti beruang terluka. Jika pelaku serangan adalah Al Qaeda, maka beruang terluka itu akan mengarah kepada kami,” kata Musharraf mengenang periode 2001 itu, usai serangan 11 September.
Pada 12 September, kata Musharraf, mantan Menlu AS Colin Powell menelepon Musharraf dan berkata, “Anda harus memilih, bersama kami atau melawan kami.” Demikian antara lain tertulis di buku Musharraf itu. “Dalam bahasa yang tidak diplomatis yang tidak pernah saya alami, Wakil Menlu AS Richard Armitage menambah tekanan yang sudah dilakukan Colin Powell. Kepada saya dan Direktur intelijen Pakistan, Armitage mengatakan, … jika kami memiliki teroris, maka kami harus bersiap menjadi kembali seperti era di zaman batu.”
Tapi Armitage membantah telah memberikan ancaman seperti itu. “Saya merasa frustrasi dengan tekanan Armitage. Saya dibuat tidak berkutik dan serasa tak bisa mengatakan apapun,” kata Musharraf.
Presiden Pakistan itu mengatakan bahwa pilihannya hanya satu. “Pertanyaannya adalah, jika kami tidak bergabung dengan mereka , bisakah kami menghadapi serangan? Jawabannya adalah tidak… Kekuatan militer kami pasti hancur.” “Kami tidak bisa menghadapi konfrontasi dengan AS dari sudut pandang manapun,” lanjut Musharraf. Akhirnya, Pakistan memang memilih bergabung dengan AS.
Saat mengadakan jumpa pers bersama Musharraf di Washington, 20 September lalu, Presiden AS George W. Bush hanya mengatakan, “Beli saja buku itu. Itulah tujuan Musharraf.”
0 Lihat / Isi Komen Postingan Ini:
Post a Comment